Pengabdian Kesatria IMABA

Pengabdian Kesatria IMABA





Langkah jiwa mengungkap rasa
Langkah gagah pemuda kesatria IMABA perkasa
Menyobek tabir tebal menutup mata
Hingga sadar, naluri tak boleh mati rasa

Langkah kaki menjejak duri
Langkah pasti yang berani mengungkap arti
Menyibak tirai panjang kata hati
Hingga tahu, diri masih punya arti

Kita ingat...
Disaat malam hari kebersamaan tuk datangi pondok Bata-Bata
Disaat datang gelora keinginan
Tuk rumuskan satu kata kesepakatan
Falsafah, Sejarah, dan Profil IMABA yang sebentar lagi akan dideklarasikan

Setahun yang lalu di rumah hijau (jakarta)
Tepat masa yang sudah lampau
Kita hanya bisa berdiri pasti memantau dari kejauhan
Menatap harapan yang belum terjangkau

Dirumah kita, IMABA Jogjakarta
Mereka coba mufakatkan kata-kata pasrahkan panitia
Bahu membahu bersama tuk melangkah
Diwakili kawula muda yang selalu ingin bekarya
Fathor Rahman, Burhanuddin, dan Lutfiadi
Kita tahu...
Langkah pasti itu telah mantap dicadangkan
Atas keinginan dan hasrat bersama yang datang
Meluruskan pena-pena pengabdian
Hingga sadar hidup bukan mainan

Langkah itu semakin kuat menghujam
Ketika pak Koordinator IMABA Jogja
Menjadi majelis pembimbing yang mapan
Hingga kami yang lemah mampu menikam kesemangatan
Lewat kata-kata dari mata pena yang tajam

Hari demi hari dilalui
Detik demi detik diikuti
Tak terasa namun pasti
tak satupun di antara kita yang merasa telah selesai berbakti
Moh. Bahri sang ketua ingin kembali
tuk melanjutkan langkah di negri pertiwi

Mereka yang tertinggal hanya mampu menatap
Lemah dalam sesat,
Diam dalam penat
Linglung tak mau berbuat
Karena inisiatif tak pernah datang sesaat
Hanya bisa memperkosa hasil rapat



Hingga akhirnya digulirkan roda reformasi
Kang jaya pun siap ambil posisi
Menduduki kursi kosong organisasi
Dibantu para sobat putra dan putri
(???)


Duhai pemuda kesatria IMABA
Mengabdilah dengan ketulusan hati nurani
Berbaktilah dengan prestasi dan ambisi
Hingga kau mampu luluhkan kedangkalan nurani

Duhai insan manusia bernurani
Jangan kau diam bak pohon mahoni
Mari perdengarkan kidung-kidung hasil wawancara sunyi
Lewat siding Tahunan IMABA di kemudian hari

Duhai kau yang terdiam disudut negri
Tidakkah kau ingin luapkan keperihan hati
Lewat catatan indah tulisan pribadi
Hingga terdengar sampai kepelosok penjuru negri

Duhai yang mampu berkata
Katakanlah dengan lidah-lidah pena
Katakanlah dengan ukiran kata-kata indah
Jangan kau diam seribu bahasa



Duhai yang memiliki cinta
Katakanlah dengan puisi sastra
Yang lantunkan kidung-kidung asmara
Hingga turut bersua mereka punya rasa

Duhai para kesatria IMABA yang punya jiwa
Berkatalah dengan kelenturan pena
Berceritalah lewat perjuangan-perjuangan indah
Menemani mereka yang tak punya asa

Duhai para kesatria IMABA yang masih punya telinga
Tulislah tembang-tembang cinta
Dengan bait Al-Fiyah yang suka lara
Kemudian perdengarkan pada anak-anak gembala

IMABA Jogja yang tercinta
Diusiamu yang belia
Tetaplah melangkah
Menembus batas dan masa
Meniti cita dan asa
Menerjang karang dan bata

Berhenti sudah itu mati
Cari inspirasi dan kreasi
Aktif mencipta untuk berbakti
Hingga ada perubahan kita punya negri


Hari ini kita ucapkan terima kasih
Kepada semua yang telah jadi saksi
Akan berartinya IMABA ini menjadi
Tuk turut bentuk kualitas IMABA untuk negri


Diusia yang ganjil 7 tahun
IMABA Jogja tetap eksis berjalan
Meniti impian, kenyataan dan harapan
Hingga rapuh kita tetap punya tulang

Fathor Rahman ,07 November 2014