Belajar seni
mencintai dari Sun Tzu
"Cinta
adalah perbuatan dharma dengan tanpa Pamrih
apapun." ~Sun Tzu
Berbicara soal cinta, kita pasti di ingatkan dengan suatu waktu,
tak kala ketika rasa menggebu-gebu menginginkan atau ingin memiliki seseorang
yang dicintai.
Dalam tulisan ini saya akan menjelaskan atau memaparkan sebagian
kecil dari buku Teguh Wangsa Gandhi HW yang berjudul " The Sun Tzun's Art
of loving"
Sejak
kecil Sun Tzu bernama Chen wu. Sun Tzu lahir di Negeri Qin, lahir di tengah
keluarga militer yang bermarga Chen. Sejak kecil ia sangat akrab dengan
Pendidikan maupun praktik perang. bahkan Sun Tzu bisa dibilang masa kecil nya
sempurna ketimbang teman-temannya. Maka dari itu ia dengan mudah melewati masa
muda nya tanpa banyak kesulitan dan beban.
Perjalanan
Cinta Sun Tzu
Dalam peristiwa busur (Pertumpahan Darah antara kerajaan) disitulah
Cinta Sun Tzu dimulai, ketika keluarga Sun Tzu membatai habis-habisan seluruh
keluarga kekasihnya, didepan mata dan kepalanya. Saat pembantaian terjadi ia bisa
mengecoh ayahnya dan menyelematkan kekasihnya dari pertumpahan darah tersebut.
Tapi Sayang disuatu kemudian hari Sun Tzu tidak bisa menyelamatkan kekasih nya
dari kamatian sebab bunuh diri, karna dilema dan sakit hati yang mendalam.
Saat itulah sun
Tzu menjadi pemurung, ia merasa bersalah atas apa yang menimpa sang kekasih
beserta keluarga nya. Meskipun hidupnya serba berkecukupan bahkan lebih, luka
tetap saja luka, sulit untuk disembuhkan, apalagi sang kekasih yang ia sangat
Cinta pergi tuk selamanya.
Walau
bagaimanapun waktu bukanlah obat yang mampu mampu membuat jiwa tersebuhkan dari
luka. Waktun hanya mampu mengaburkan luka tidak begitu kentara. Akan tetapi
dalam kenyataannya, luka tetap saja luka, yang pedihnya selalu menimbulkan
derita. 'maka mati' begitu kata Sun Tzu "tetaplah mati"
Sun Tzu
mengalami bentrokan batin yang kuat, sehingga ia memutuskan untuk mengembara.
Dalam pengembaraannya ia banyak mendapatka pengalaman hidup, dari berbagai desa yang ia lewati
dalam pemgembaraan dan dalam pengasingan dirinya ia banyak merenungkan berbagai
keluh-kesahnya seperti hidup yang dialami nya.
Selama dalam
pengasingan, hal utama yang sun Tzu renungkan adalah tiga hal yang berkaitan
dengan masa lalunya yakni kebenaran, dharma dan cinta. Tiga hal tersebut lekat
sekali dingatan nya, karna sejak di usia muda ia sering mendengarkan dari
Gurunya, yang berulang kali menjelaskan padanya.
Kenangan sun
Tzu dan kakeknya terpintas di benak Sun Tzu saat Dulu kakenya bertanya tentang
peletakan hidup " pada hal apa, engkau meletakkan hidup dan matimu..?
Lalu sun Tzu menjawab "Kakek, hidup manusia akan bermakna jika
ia senantiasa meletakkan hidup dan matinya dalam tiga hal yang tidak bisa
dipisah-pisah; yakni kebenaran, Dharma, dan cinta. Pada tiga hal inilah, hidup
dan mati yang saya miliki, akan saya letakkan.
"Lalu apa yang kamu ketahui tentang kebenaran ?"
"Kebenaran adalah melihat sesuatu dengan apa adanya, tanpa
menambah atau menguranginya."
"Lalu apa yang kamu ketahui tentang dharma?"
"Dharma adalah menjalankan tanggung jawab dan panggilan hidup
sesuai ketetapan Langit dengan sebenarnya."
"Lantas apa yang kau ketahui tentang cinta?"
"Cinta adalah perbuatan dharma dengan tanpa pamrih
apapun."
Begitulah Sun Tzu dengan cerdas nya menjawab pertanyaan sang kakek,
sehingga kakeknya makin menyayangi Sun Tzu.
SUPRA
JURNALISTIK DPW IMABA YOGYAKARTA