Di Ujung Persimpangan

Di Ujung Persimpangan

Penulis: Zairiyah

Ilustrasi di ujung persimpangan [pixabay/jplineo]







Engkau adalah tunggu yang membuat Rindu
Perihal senyum yang mencipta Candu,
Tentang rangkaian kata indah yang sering kau bisikkan padaku
Hingga hati kau luluh lantakkan

Kau ku anggap pelipur Lara
Nyatanya kau pencipta Luka
Dikau adalah cerita yang tak kunjung Usai
Dalam rasa kau terus Menyemai

Kau Fiksi yang ku anggap Fakta
Juga ku anggap benar adanya,
Pada nyata kau hanya Ilusi
Yang menciptakan Rasa sepi

Engkau adalah Nanti yang tak berujung Pasti
Perihal janji yang kau ingkari
Pada hati yang terus tersakiti
Enggan untuk percaya lagi

Yogyakarta 28-11-2020

Titik Nadir keberagamaan Masyarakat Indonesia

Titik Nadir keberagamaan Masyarakat Indonesia

Penulis: Yaqin Mdr
Ilustrasi keberagamaan masyarakat [kulkulbali.com]


Agama merupakan ajaran yang dalam prateknya menjadi pedoman berprilaku manusia dengan dirinya sendiri, sesama manusia, alam dan Tuhan. Meskipun agama khususnya di Indonesia berbeda-beda tapi ada hal yang universal dalam ajarannya yaitu, penganjuran berbuat baik dalam rangka harmoni dalam kehidupan sosial masyarakat serta kepercayaan terhadap hari pembalasan setelah kematian.

Kesamaan Ajaran Agama diatas juga diperluas dengan prinsip ajaran agama yang memberikan kewajiban terhadap penganut agama lain, dengan kewajiban pembatasan maksudnya kewajiban pelaksanaan ajaran agama dilaksanakan setelah masuk agama tersebut. Hal ini di perkuat dengan perbedaan dalam agama bukan berarti tuhannpun berbeda melainkan kepercayaan terhadap tuhan hanya satu Tuhan yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Kesamaan dalam bertuhan tidak serta merta menunjukkan masyarakat Indonesia dalam pelaksanaan hubungan antar umat agama mulus banyak terjadi praktek pengkafir-kafiran seperti yang terjadi pada saat salah satu tokoh menyebut bahwa tokoh agama lainnya kafir karena berbeda pendapat dengan dirinya atau fenomena pernyataan atas pengistilahan non-islam atau kafir dalam salah kitab suci yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik bahwa kita adalah kafir bagi umat agama lain dan umat agama lain adalah kafir bagi kita yang berbeda agama, fenomena pembatasan pelaksanaan Ibadah terhadap agama tertentu dengan mempersulit izin pendirian Gereja seperti yang terjadi di salah satu daerah di Yogyakarta atau pengrusakan salah satu masjid di Bandung, serta melakukan penghasutan untuk melakukan tindakan yang menyebabkan kerugian terhadap masyarakat lainnya seperti yang terjadi konflik antar agama di Maluku dan kasus penyerangan terhadap Pastor Karl Edmund Prier di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta serta penyerangan terhadap KH Umar Bisri, pimpinan Ponpes Al-Hidayah Bandung.

Keadaan seperti ini menjadi catatan yang serius untuk ditelaah kembali dan menjadi bahan refleksi keberagamaan masyarakat Indonesia, apakah benar kegiatan diatas yang menyebabkan kerugian terhadap orang lain adalah bagian dari ajaran agama di Indonesia ? atau Pancasila yang dalam pandangan Soekarno didalamnya terdapat nilai gotong royong udah hilang dalam masyarakat Indonesia ?.

Pertanyaan mungkin akan masih terus berlanjut dengan berjalannya keadaan serta klaim-klaim semu dari salah satu pihak yang menyebut dirinya adalah orang yang paling taat beragama yang dalam kajian Psikologis kaitannya body shaiming faktor dari adanya klaim-klaim semu tersebut biasanya terjadi karena ketidak percayaan dirinya sendiri dalam beragama sehingga menginginkan orang lain ikut melaksanakan keagamaan dirinya yang metode yang tidak dapat dibenarkan.
Bukankah dengan dibukannya Demokrasi dan dilindunginya melaksanakan peribadatan menjadi alternatif bagi pengembangan keagamaan yang baik bagi pemeluknya. Mengapa malah mundur pada masa jahiliah dimana kita mengenal prilaku Fir’au yang dengan pasukan tempur terbaiknya memerintahkan mengejar Musa untuk dibunuh karena tidak mempercayai bahwa Fir’au itu tuhan, Raja Herodes yang sangat ingin membunuh Isa putra Maryam ditiang salib, serta kisah Muhammad utusan Allah yang harus hijrah dari kota kelahirannya ke Madinah karena di halang-halangi oleh pamannya sendiri untuk beribadah dengan ancaman dibunuh.

Dari keadaan yang telah diuraikan diatas, kita sebagai masyarakat yang masih mempercayai bahwa memanusiakan manusia adalah hal yang paling utama serta pelaksanaan nilai Pancasila yang kita yakini Bersama bahwa itu bagian warisan leluhur kita maka sudah sepatutnya kita menjaga keberagaman dengan toleransi seperti yang pernah di ucapkan oleh nabi Muhammad ketika diminta untuk masuk agama masyarakat Qura’is “agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku”. 

Maulid Nabi Muhammad SAW, Dilihat Dari Pramagtisme John Dewey

Maulid Nabi Muhammad SAW, Dilihat Dari Pramagtisme John Dewey

Penulis: Abd. Shamat

Maulid nabi muhammad SAW [id.pngtree.com]









Pada bulan Rabiul Awal tanggal 12, tahun Gajah. Bertepatan pada 20 April 571.M merupakan hari dimana Nabi umat Islam lahir, peran dan kontribusi nyata, baik yang berkaitan dengan tatanan sosial seperti penghapusan perbudakan, masih dapat kita rasakan sampai sekarang ini. Tidak ayal bagi kita umat Muslim merayakan kelahirannya, sebagai momentum awal meluapkan rasa cinta dan syukur pada sang cipta, karena sudah menciptakan dan mengutus Nabi Muhammad SAW. sebagai antitesa dari kehidupan yang sudah tidak bermoral. 

Dalam tulisan ini kami akan mencoba membahas “ Merayakan Maulid Nabi” melalu pisau analisis filsafat pragmatisme. Sehingga akan mucul beberapa pertanyaan, kenapa hari kelahiran Nabi Muhammad dirayakan? Apakah perlu merayakannya? Atau hanya pemenuhan hasrat kewajiban sosial, yang sebenarnya tidak wajib tapi toh selayaknya dilakukan. Beberapa problematika itulah yang coba kami jelaskan dalam tulisan singkat ini. 

a. Mengenal Wajah Pragmatisme.

Sebelum lebih jauh pembahasan ini, saya akan coba sedikit menjelaskan pisau yang akan digunakan, sebab ketika kita salah memahami dan menggunakan pisau, akan berakibat pada hasil yang akan kita peroleh, semisal pisau untuk membelah roti, tapi kita gunakan untuk menyembelih ayam. 

Kata pragmatisme berasal dari kata Yunani fragma yang mempunyai arti tindakan atau perbuatan, sehingga pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa kebenaran adalah segala sesuatu yang membuktikan darinya sebagai yang benar dengan melihat pada akibat dan hasil yang bermanfaat secara pragmatis, faham ini berangkat dari logika pengamatan, dimana manusia, fakta individual terpisah dari satu dengan yang lain, sehingga dunia tampil apa adanya dan semua perbedaan diterima begitu saja. 

Teori pragmatisme sendiri menekankan pada fungsi (John Hospers,43:1999) yang dapat dirasakan secara kongkrit oleh yang mengamati. Apalah daya suatu mobil dengan segala kerumitannya, ketika tidak bisa berjalan, sebab subtansitas dari mobil ketika berjalan. Apa gunanya pula ketika kita menyatakan makhluk yang paling rindu dan cinta pada Nabi Muhammad, ketika membacakan shalawat dan merayakan kelahirannya saja enggan. 

b. Bentuk Nyata Kecinta-an Pada Nabi Muhammad SAW

Perayaan kelahiran Nabi Muhammad merupakan manifestasi nyata yang dimiliki oleh seorang muslim dalam mencintai Nabi Muhammad, sehingga tidak ayal bagi indivudu masyarakat yang mencintai Nabi merayakan hari kelahirannya dengan ragam kepercayaan yang dimilikinya, seperti membaca shalawat sembari membeli buah untuk disedekahkan. Meski pada dasarnya Islam sendiri tidak pernah memberikan bantuk hukum yang nyata bagi yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad. 

Dalam hal ini saya akan mecoba mensintesiskan antara perayaan kelahiran Nabi dengan cinta, mengapa dengan cinta? Sebab cinta sendiri mengandung dua unsur. Pertama, sedalam apapun faham atau ucapan mengenai cinta itu tidak akan ada artinya kecuali ditransindenkan supaya dapat dirasakan kehadirannya. Kedua, cinta akan terus tubuh, seperti halnya teori pragmatisme yang akan terus berbenah diri, John Dewey pernah mangatakan bahwa yang paling penting dalam suatu perbuatan atau tindakan mempunyai peran nyata bagi kehidupan kemanusiaan (Harun Hadiwijono,1980: 130) wujud perayaan merupakan bentuk nyata dari rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW. 

Adanya perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagai jembatan penghubung antara rasa cinta yang dimiliki umat Muslim dengan Nabi Muhammad sendiri. Paham pragmatisme yang selalu menekankan pada fungsi, pelayanan dan kegunaan, termanifestasi nyata dalam bentuk perayaan pada kelahiran Nabi. Saat kamu mengatakan cinta saat itu pula kamu harus tahu pada setiap sudut apa yang kamu cintai, mulai dari perjalanan hidupnya sampai sosial kultural yang mempengaruhinya, jika cenderung kamu tidak mengetahui satu hal pun tentangnya sama saja seperti seekor sapi yang berkata ia bisa menyelamatkan teman- temannya sebelum menjadi kornet atau daging panggang. wallahu taala a’lam 



Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Sekaligus Bakti Sosial

Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW Sekaligus Bakti Sosial

 


IMABA YOGYAKARTA- Dalam rangka perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang lebih dikenal dengan Maulid Nabi kembali digelar oleh IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata). Perayaan maulid nabi tersebut dirayakan pada malam sabtu tanggal 6 November 2020, Pukul 19:30-22:00 WIB. Acara tersebut dilaksanakan di OMAH PMII, Yogyakarta. Maulid kali ini berkolaborasi dengan IKABA JOGJA (Ikatan Alumni Mambaul Ulum Bata-Bata), Dengan tema “BERMAULID DAN MENINGKATKAN NILAI SOSIAL DIMASA PANDEMI”. 

Kegiatan dihadiri oleh anggota IMABA JOGJA dan IKABA JOGJA, juga turut hadir  pula, berbagai instansi seperti, Orpes (Organisasi Pesantren), Orda (Organisasi daerah), Sesepuh Madura yang berdomisili di Yogyakarta, dan Pengurus demisioner Imaba Jember.

Acara maulid dan bakti sosial kali ini mengundang para anak yatim dari PP. Darun Najah. Ada beberapa rentetan acara pada malam hari tersebut, diantaranya, pembacaan asyraroful anam yang merupakan salah satu acara yang wajib ada saat perayaan maulid nabi, dan ada juga acara pemberian bingkisan kepada anak panti dan juga pemberian simbolis dari ketua panitia dan koordinator wilayah kepada ketua panti yang mana pada saat itu diwakili oleh Moh. Robert Syaiful Islam. 

Acara tersebut juga turut mengundang Bapak Mambaul Bahri, S,Th,I, selaku ketua PW NU Care Laziznu daerah Yogyakarta untuk menjadi pemateri pada acara tersebut. Beliau mengatakan “bahwa acara yang diadakan kali ini sangat bagus, karna ditengah-tengah pandemi saat ini, kalian dapat merayakan kelahiran nabi Muhammad Saw dan juga mencontoh salah satu akhlak beliau yaitu bersedekah”. Ujarnya

“Harapan dengan adanya acara kali ini, kita berkumpul bersama-sama merayakan maulid Nabi, bukan hanya sekedar perayaan dan memperingati setalah itu selesai. Akan tetapi dengan merayakan maulid Nabi bisa menambah kecintaan kita kepada Nabi dan kita bisa flashback lagi bagaimana beliau memperjuangkan agama khususnya nilai-nilai keislaman dan membawa akhlaq yang terpuji  sehingga apa yang beliau lakukan harus kita ikuti dan kita terapkan dalam kehidupan sehari hari. insyaallah dengan adanya acara ini selain merupakan bentuk upaya kita meneladani Rasulullah SAW, juga menjadi modal sosial yang sangat berharga bagi kita semua terutama di masa pandemi kali ini” Ujar Ainul Yaqin ketua panitia, disela-sela sambutanya.

Miftahul Arifin, Koordinator Wilayah DPW IMABA JOGJA, Menyampaikan bahwa "perayaan maulid pada kali  ini mungkin berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dikarenakan perayaan maulid pada malam ini merupakan merupakan acara kolaboratif antara IMABA  dan IKABA, hal tersebut menjadikan cerminan bahwasanya antar IMABA dan IKABA mempunyai pola kordinasi yang baik. Mengingat tema " Bermaulid dan Meningkatkan Nilai Sosial di Masa Pandemi",  tersebut mencerminkan bahwa pandemi yang sering kita kambing hitamkan, pandemi yang digadang-gadang sebagai tidak terlaksananya program kerja, pada kenyataannya tidak demikian. Adanya acara pada malam hari ini menunjukkan bahwasanya IMABA dan IKABA masih eksis dalam kondisi apapun". Ujarnya.


Reporter: Hafidz

Editor : Jurnalistik DPW IMABA YOGYAKARTA