Di Ujung Persimpangan
![]() |
Ilustrasi di ujung persimpangan [pixabay/jplineo] |
![]() |
Ilustrasi di ujung persimpangan [pixabay/jplineo] |
![]() |
Ilustrasi keberagamaan masyarakat [kulkulbali.com] |
Penulis: Abd. Shamat
![]() |
Maulid nabi muhammad SAW [id.pngtree.com] |
Pada bulan Rabiul Awal tanggal 12, tahun Gajah. Bertepatan pada 20 April 571.M merupakan hari dimana Nabi umat Islam lahir, peran dan kontribusi nyata, baik yang berkaitan dengan tatanan sosial seperti penghapusan perbudakan, masih dapat kita rasakan sampai sekarang ini. Tidak ayal bagi kita umat Muslim merayakan kelahirannya, sebagai momentum awal meluapkan rasa cinta dan syukur pada sang cipta, karena sudah menciptakan dan mengutus Nabi Muhammad SAW. sebagai antitesa dari kehidupan yang sudah tidak bermoral.
Dalam tulisan ini kami akan mencoba membahas “ Merayakan Maulid Nabi” melalu pisau analisis filsafat pragmatisme. Sehingga akan mucul beberapa pertanyaan, kenapa hari kelahiran Nabi Muhammad dirayakan? Apakah perlu merayakannya? Atau hanya pemenuhan hasrat kewajiban sosial, yang sebenarnya tidak wajib tapi toh selayaknya dilakukan. Beberapa problematika itulah yang coba kami jelaskan dalam tulisan singkat ini.
a. Mengenal Wajah Pragmatisme.
Sebelum lebih jauh pembahasan ini, saya akan coba sedikit menjelaskan pisau yang akan digunakan, sebab ketika kita salah memahami dan menggunakan pisau, akan berakibat pada hasil yang akan kita peroleh, semisal pisau untuk membelah roti, tapi kita gunakan untuk menyembelih ayam.
Kata pragmatisme berasal dari kata Yunani fragma yang mempunyai arti tindakan atau perbuatan, sehingga pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa kebenaran adalah segala sesuatu yang membuktikan darinya sebagai yang benar dengan melihat pada akibat dan hasil yang bermanfaat secara pragmatis, faham ini berangkat dari logika pengamatan, dimana manusia, fakta individual terpisah dari satu dengan yang lain, sehingga dunia tampil apa adanya dan semua perbedaan diterima begitu saja.
Teori pragmatisme sendiri menekankan pada fungsi (John Hospers,43:1999) yang dapat dirasakan secara kongkrit oleh yang mengamati. Apalah daya suatu mobil dengan segala kerumitannya, ketika tidak bisa berjalan, sebab subtansitas dari mobil ketika berjalan. Apa gunanya pula ketika kita menyatakan makhluk yang paling rindu dan cinta pada Nabi Muhammad, ketika membacakan shalawat dan merayakan kelahirannya saja enggan.
b. Bentuk Nyata Kecinta-an Pada Nabi Muhammad SAW
Perayaan kelahiran Nabi Muhammad merupakan manifestasi nyata yang dimiliki oleh seorang muslim dalam mencintai Nabi Muhammad, sehingga tidak ayal bagi indivudu masyarakat yang mencintai Nabi merayakan hari kelahirannya dengan ragam kepercayaan yang dimilikinya, seperti membaca shalawat sembari membeli buah untuk disedekahkan. Meski pada dasarnya Islam sendiri tidak pernah memberikan bantuk hukum yang nyata bagi yang merayakan kelahiran Nabi Muhammad.
Dalam hal ini saya akan mecoba mensintesiskan antara perayaan kelahiran Nabi dengan cinta, mengapa dengan cinta? Sebab cinta sendiri mengandung dua unsur. Pertama, sedalam apapun faham atau ucapan mengenai cinta itu tidak akan ada artinya kecuali ditransindenkan supaya dapat dirasakan kehadirannya. Kedua, cinta akan terus tubuh, seperti halnya teori pragmatisme yang akan terus berbenah diri, John Dewey pernah mangatakan bahwa yang paling penting dalam suatu perbuatan atau tindakan mempunyai peran nyata bagi kehidupan kemanusiaan (Harun Hadiwijono,1980: 130) wujud perayaan merupakan bentuk nyata dari rasa cinta terhadap Nabi Muhammad SAW.
Adanya perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagai jembatan penghubung antara rasa cinta yang dimiliki umat Muslim dengan Nabi Muhammad sendiri. Paham pragmatisme yang selalu menekankan pada fungsi, pelayanan dan kegunaan, termanifestasi nyata dalam bentuk perayaan pada kelahiran Nabi. Saat kamu mengatakan cinta saat itu pula kamu harus tahu pada setiap sudut apa yang kamu cintai, mulai dari perjalanan hidupnya sampai sosial kultural yang mempengaruhinya, jika cenderung kamu tidak mengetahui satu hal pun tentangnya sama saja seperti seekor sapi yang berkata ia bisa menyelamatkan teman- temannya sebelum menjadi kornet atau daging panggang. wallahu taala a’lam
IMABA YOGYAKARTA- Dalam rangka perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau yang lebih dikenal dengan Maulid Nabi kembali digelar oleh IMABA (Ikatan Mahasiswa Bata-Bata). Perayaan maulid nabi tersebut dirayakan pada malam sabtu tanggal 6 November 2020, Pukul 19:30-22:00 WIB. Acara tersebut dilaksanakan di OMAH PMII, Yogyakarta. Maulid kali ini berkolaborasi dengan IKABA JOGJA (Ikatan Alumni Mambaul Ulum Bata-Bata), Dengan tema “BERMAULID DAN MENINGKATKAN NILAI SOSIAL DIMASA PANDEMI”.
Kegiatan dihadiri oleh anggota IMABA JOGJA dan IKABA JOGJA, juga turut hadir pula, berbagai instansi seperti, Orpes (Organisasi Pesantren), Orda (Organisasi daerah), Sesepuh Madura yang berdomisili di Yogyakarta, dan Pengurus demisioner Imaba Jember.
Acara maulid dan bakti sosial kali ini mengundang para anak yatim dari PP. Darun Najah. Ada beberapa rentetan acara pada malam hari tersebut, diantaranya, pembacaan asyraroful anam yang merupakan salah satu acara yang wajib ada saat perayaan maulid nabi, dan ada juga acara pemberian bingkisan kepada anak panti dan juga pemberian simbolis dari ketua panitia dan koordinator wilayah kepada ketua panti yang mana pada saat itu diwakili oleh Moh. Robert Syaiful Islam.
Acara tersebut juga turut mengundang Bapak Mambaul Bahri, S,Th,I, selaku ketua PW NU Care Laziznu daerah Yogyakarta untuk menjadi pemateri pada acara tersebut. Beliau mengatakan “bahwa acara yang diadakan kali ini sangat bagus, karna ditengah-tengah pandemi saat ini, kalian dapat merayakan kelahiran nabi Muhammad Saw dan juga mencontoh salah satu akhlak beliau yaitu bersedekah”. Ujarnya
“Harapan dengan adanya acara kali ini, kita berkumpul bersama-sama merayakan maulid Nabi, bukan hanya sekedar perayaan dan memperingati setalah itu selesai. Akan tetapi dengan merayakan maulid Nabi bisa menambah kecintaan kita kepada Nabi dan kita bisa flashback lagi bagaimana beliau memperjuangkan agama khususnya nilai-nilai keislaman dan membawa akhlaq yang terpuji sehingga apa yang beliau lakukan harus kita ikuti dan kita terapkan dalam kehidupan sehari hari. insyaallah dengan adanya acara ini selain merupakan bentuk upaya kita meneladani Rasulullah SAW, juga menjadi modal sosial yang sangat berharga bagi kita semua terutama di masa pandemi kali ini” Ujar Ainul Yaqin ketua panitia, disela-sela sambutanya.
Miftahul Arifin, Koordinator Wilayah DPW IMABA JOGJA, Menyampaikan bahwa "perayaan maulid pada kali ini mungkin berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Dikarenakan perayaan maulid pada malam ini merupakan merupakan acara kolaboratif antara IMABA dan IKABA, hal tersebut menjadikan cerminan bahwasanya antar IMABA dan IKABA mempunyai pola kordinasi yang baik. Mengingat tema " Bermaulid dan Meningkatkan Nilai Sosial di Masa Pandemi", tersebut mencerminkan bahwa pandemi yang sering kita kambing hitamkan, pandemi yang digadang-gadang sebagai tidak terlaksananya program kerja, pada kenyataannya tidak demikian. Adanya acara pada malam hari ini menunjukkan bahwasanya IMABA dan IKABA masih eksis dalam kondisi apapun". Ujarnya.
Reporter: Hafidz
Editor : Jurnalistik DPW IMABA YOGYAKARTA