REVOLUSI INDUSTRI 4.0, DESA SEMAKIN MENJADI SUBJEK ATAU OBJEK?

REVOLUSI INDUSTRI 4.0, DESA SEMAKIN MENJADI SUBJEK ATAU OBJEK?


Kebanyakan orang memahami desa sebagai tempat dimana bermukim penduduk dengan peradaban yang lebih keterbelakang ketimbang kota. Biasanya dicirikan dengan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relative rendah, mata pencaharian yang umumnya dari sektor pertanian. Bahkan terdapat kesan kuat, bahwa pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani. Banyak pandangan tentang desa bahkan cendrung merendahkan posisi desa itu sendiri tanpa melihat lebih jauh akan hakikat desa itu sendiri.

Desa bukan hanya saja sebagai tempat tinggal, melainkan juga sebagai tempat dengan sejuta kekayaan yang tersimpan didalamnya. Kekayan-kekayaan yang tersembunyi dalam desa apabila digali potensinya maka ketubutan penduduk desa akan terpenuhi sepenuhnya.

Tren yang dikembangkan dalam membangun desa adalah desa yang berdaya, desa yang membangun dan memenuhi kebutuhan penduduk didalamanya.  Namun sangat disayangkan ketika potensi yang tersimpan belum dapat dikelola dengan baik oleh penduduk desa.
Seiring berkembangnya teknologi dari generasi kegenerasi permasalah desa belum teratasi, masih saja desa terlihat sebagai tempat yang kumuh dan tidak dapat menjadi tempat sandaran bagi penduduknya, lantas apakah desanya yang salah? Atau pandangan dan kesiapan peduduk yang terlalu kecil dalam melihat desa?. Dua pertanyaan besar ini yang seharusnya menjadi titik fokus dalam pengkajian desa demi menggali potensi-potensi yang terpendam lalu memberikan pengertian kepada penduduk desa guna dapat membuka pandangan untuk melihat potensi-potensi yang tersimpan di desa itu.

Saat ini desa mendapat tantangan baru, tantangan yang mampu membelenggu desa dan isinya akan perkembangan industri yang saat ini mencapai revolusi industri 4.0, maka dalam tantangan ini apakah desa akan menjadi subjek atau malah semakin menjadi objek? Maka perlu adanya pemahaman-pemahan dasar sebagai bentuk kajian kritis akan permasalah baru ini. 

Revolusi Industri
1. Revolusi industri menunjukkan perubahan cara produksi, hal itu dilakukan untuk merespon perkembangan dan kebutuhan penduduk.
2. Thomas Robert Maltus: Penduduk berkembang menurut deret ukur, bahan makanan berkembang menurut deret hitung. 
3. Oleh karena itu kebutuhan materi yang dibutuhkan oleh penduduk tidak bisa dipertahankan dengan cara lama, cara berproduksi lama harus diganti secara total dengan cara baru, mulai dari sistem pengelolaan, alat-alat sampai dengan sumber daya manusia.
4. kemudia berkembanglah 2 sistem besar dalam pengelolaan sumber ekonomi produksi, disatu pihak orang meyakini pengelolaan terbaik di serahkan kepada individu (kapitalisme) dipihak lain diserahkan kepada komunitas sebagai aktornya (sosialisme). 

Perkembangan Revolusi Industri
1. Perkembangan revolusi industri pada perinsipnya adalah perkembangan dan perubahan alat produksi untuk  menggerakkan proses produksi.
2. Revolusi industri 1.0 (1784): air dan uap sebagai penggerak mekanisme sistem produksi.
3. Revolusi industri 2.0 (1870): listrik untuk menggerakkan sistem produksi masal.
4. Revolusi 3.0 (1969): menggunakan kekuatan elektronik dan teknologi informasi (komputer) untuk otomatisasi proses produksi.
5. Revolusi industri 4.0 (sekarang) ditandai oleh penggabungan antara teknologi komputer dan internet untuk menggerakkan hampir semua proses produksi industrial.

Si Kecil Bisa Menjadi Powerfull
1. Munculnya teknologi penggabungan komputer dan internet membuat perubahan yang luar biasa dimana orang bisa mengakses informasi apa saja melampaui batas-batas negara.
2. Tidak hanya itu melainkan juga muncul berbagai aplikasi yang memungkinkan kemapanan dalam dunia bisnis tergoyahkan (terbelenggu), yang kecil bisa menjadi powerfull (gojek, buka lapak, toko pedia dll) orang bisa menjual apa saja tanpa harus memiliki tempat yang luas.
3. Disatu pihak teknologi ini menghasilkan kreativitas sedang dipihak lain melahirkan sikap dan perilaku dehumanisasi. Industri awal mula dirancang untuk menciptakan solusi, akan tetapi bisa menghasilkan persoalan baru jika sikap emansipatoris dan kritis tidak hadir didalamnya. 

Desa Di Era Revolusi Industri 4.0
1. Desa menjadi wilayah terbuka yang bisa dilihat oleh siapa pun tanpa harus datang terlebih dahulu kedesa tersebut. Informasi tentang desa juga semakin detail.
2. Implikasinya, desa bisa menjadi objek bagi siapa pun yang memiliki kepentingan terhadap desa. Namun juga masyarakat juga bisa menjadi subjek yang menentukan jika memiliki kemampuan kritis dan kreatif terhadap berbagain kepentingan yang akan mengeksploitasi desa.

Social And Economic Development Based On Village
1. Kekuatan ekonomi seperti apa yang akan dibangun ditingkat desa? Kekuatan sosial ekonomi berbasis individu atau kekuatan sosial ekonomi berbasis kolektif?
2. Seandainya kita setia terhadap nilai pancasila dan UUD '45' perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Konsep ini belom ada wujud konkritnya. Konsep ini seharusnya menjadi sumber nilai untuk membangun kehidupan sosial ekonomi desa.

Dengan revolusi industri yang semakin berkembang desa dan masyarakatnya dapat menjadi objek orang lain karena orang lain akan mengetahui dengan detail informasi didalamnya. Akan tetapi jika masyarakat desa memiliki rancangan kedepan tentang desa yang dicita-citakan meraka akan menjadi subjek yang menentukan, tidak mudah dieksploitasi orang lain karena paham tentang arah yang dicita-citakan.

Penulis : Abd. Mufty  (Sekretaris DPW IMABA Yogyakarta)

"Jam Belajar Merupakan Manifestasi dari falsafah Imaba"

"Jam Belajar Merupakan Manifestasi dari falsafah Imaba"

Jam belajar merupakan rutinitas Imaba Yogyakarta yang tidak terpogramkan dikalender kerja Dewan Pengurus Wilayah (DPW) IMABA Yogyakarta. Istilah jam belajar telah lama terdengar dan berlangsung di kalangan mahasiswa santri yang merupakan rutinitas yang dibawa dari pondok pesantren. Anggota Imaba sendiri merupakan santri lulusan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi dalam Negeri sampai Luar Negeri.

Kegiatan jam belajar di DPW IMABA Yogyakarta kembali dibudayakan sejak Tahun 2013 pada masa kepemimpinan Muhammad Bahri sebagai Kordinator Wilayah (KOORWIL), berawal dari kegelisahan dan kerinduan terhadap suasana pesantren dan juga mengingat mahasiswa santri harus memiliki kemampuan yang mumpuni dibidang yang mereka tempuh di Perguruan Tinggi masing-masing, maka dari itu dengan segenap keyakinan dan kesepakatan kepengurusan, jam belajar ditetapkan sebagai kegiatan rutin dari setiap anggota IMABA. sebab dia sadar kalau harus ada waktu dalam sehari untuk anggota IMABA berkumpul guna membicarakan apa yang sudah didapatkan dari Perkuliahan, Organisasi, Perpustakaan dan materi-materi keilmuan yang sudah didapatkan setiap harinya. Selain itu, juga untuk menjalin emosional dan kesadaran dari setiap anggota tersendiri, meski mereka berproses di luar mereka harus tahu jalan pulang yaitu IMABA, dan untuk mewujudkan kader IMABA yang Akademis, Religius dan Transformatif sesuai dengan Trilogi Falsafah IMABA, supaya nantinya tercipta kader IMABA khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang berintelektual dan mempuni dalam bidang masing-masing.

Jam belajar yang ada di DPW IMABA Yogyakarta tidak seperti jam belajar pada umumnya yang harus menghafal atau menjadi kutu buku, namun kegiatan jam belajar ini disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan anggota itu sendiri, hal ini dilakukan demi tercipta suasana nyaman bagi anggota itu sendiri, baik berbentuk diskusi atau obrolan santai yang arah pembicaraannya tertuju pada wahana keilmuan.

Adanya jam belajar di DPW IMABA Yogyakarta bukan tidak menuai perdebatan di kalangan anggota sendiri, menurut sebagian anggota yang tidak setuju dengan adanya jam belajar itu mempunyai Statement bahwa "Akan menghambat proses anggota yang ada di luar IMABA,  dengan hal itu anggota IMABA tidak diberikan kelonggaran untuk berproses di luar, dan diibaratkan anak kecil yang harus di atur, bagaimana anggota IMABA bisa mempunyai banyak hubungan di luar kalau masih terkekang dengan kegiatan yang ada di IMABA itu sendiri". Itu semua perkataan-perkataan anggota yang tidak satu pemahaman, yang hanya memandang sesuatu satu sisi yaitu kekurangannya saja, tanpa menilai sisi baik dari jam belajar itu sendiri. Sebenarnya tujuan dari jam belajar yang terpusat bukan untuk mengekang gerak dari anggota itu sendiri, namun merupakan suatu kepedulian.

Penulis : Abd. Shamat

Editor : Abdul Muqhti




Sowan sekaligus Bakar-bakar DPW IMABA Yogyakarta Bersama Dewan A'wan"RH. Moh. Tohir Zaen" Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata

Sowan sekaligus Bakar-bakar DPW IMABA Yogyakarta Bersama Dewan A'wan"RH. Moh. Tohir Zaen" Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata

Seiring dengan berjalannya waktu yang terus berputar tidak memupuskan semangat Para Anggota IMABA Yogyakarta untuk terus melanjutkan misinya dalam mencari kader-kader yang mumpuni sehingga menjadi pejuang Agama Islam di era milenial ini.
Bertepatan dengan Hari Raya Ketupat yang dalam istilah Madura dikenal dengan "Tellasan Ketoprak" DPW IMABA Yogyakarta menjalankan tugas yang sudah menjadi Kalender Kerja yang termasuk dalam agenda Tahunan yakni Sowan kepada Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan.

Dengan diadakannya Program Kerja (Sowan) dalam hal itu DPW IMABA Yogyakarta mengadakan acara Bakar-Bakar yang dihadiri langsung oleh Beliau "RH. Moh. Tohir Zaen" Dewan A'wan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Acara yang lumayan sederhana tapi terkesan sangat luar biasa karena hadirnya Beliau "RH. Moh. Tohir Zaen" yang berbaur dengan Seluruh Anggota IMABA Yogyakarta.

Harapan kami Keluarga DPW IMABA Yogyakarta semoga IMABA Yogyakarta dengan Keluarga Besar Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata tetap terjalin erat dalam mempererat tali ukhuwah islamiah sehingga bisa menjadikan Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata menjadi ladang atau tempat para santri yang nantinya bisa berguna bagi agama dan Negara kita (Indonesia). Kamis (21/6).

Source : IT&PERS IMABA Yogyakarta

Foto Bareng : Pengurus DPW IMABA Yogyakarta bersama RH. Moh. Tohir Zaen
Rindu

Rindu

Penulis: Maimuna
Merindu[pixabay/1866946]












Rindu
Tak tampak namun nyata.
Tak bersuara namun selalu terdengar.
Tak bergerak namun selalu mengikuti.

Rindu
Ia bukan penyakit cacar namun ia berbekas dan berkeliaran.
Ia bukan benda tajam namun menyisakan luka.

Rindu
Kenapa kau ada jika hanya membuat orang tersiksa
Kenapa kau hadir jika hanya membuat orang sakit.

Rindu
Dalam endapan namamu, terkulai sejuk menenteng isian bunyi bunyian.
Menabuh pada kering air mata.

Rindu
Terisak tangis jika namamu digendong melawan arahku.
Jika nyanyianmu tidak lagi ada dialmari deary.

Rindu
Bisa saja aku membunuhmu
Dibantu ruangdan waktu yang berbisik padaku.
Tapi tidak yakin keesokan hari aku bangun tidur melihat lagi belaian matahari itu.

Karya Puisi Oleh Funky Zubair (Pers IMABA Yogyakarta)

Karya Puisi Oleh Funky Zubair (Pers IMABA Yogyakarta)

"BILA"

Bila aku tidak makan,
Bukan semata mata karena tidak lapar
Ataupun karena kurang luasnya lapangan untuk berteriak

Bila aku tidak berbicara bukan karena bisu
Atau mati, kata bercerita
Para musuh tumbang melihat saja.

Bila aku tidak ngopi bersama, ataupun karena kantong kering
Ataupun tidak ada yang ingin di obrolkan
Kantuk saja tak mendekat.

Bila aku tidak bersumpah bukan karena tidak ingin meyakinkan
Para sayur sayur dipasar mengamini puisi yang terbang
Apalagi hati yang dalam.

Aku hanya ingin makan Masakanmu; Bersamamu walau hanya dengan lauk tempe tahu.

Aku hanya ingin bercerita kalau detik ini aku merindukanmu
Ingin saja bertandang kerumahmu.

Aku hanya ingin setelah makan, minum kopi spesial buatanmu yang tak bisa kopi lain menirunya.

Aku hanya ingin bersumpah di hadapan tuhan.
Tuhan! ini Hidupku
Tuhan! Dia milikku
Tuhan! miliknya milikku begitupun sebaliknya.

Bila aku melihatmu saat aku menulis dirimu.

Karya Oleh :
FUNKY ZUBAIR
Pers IMABA Yogyakarta
"MENGULAS DAN MENINDAK RADIKALISME DI INDONESIA”

"MENGULAS DAN MENINDAK RADIKALISME DI INDONESIA”

"MENGULAS DAN MENINDAK RADIKALISME DI INDONESIA”
Kolom Ngobrol Pintar (NGOPI) IMABA ‘17

Radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal, dimana dalam satu paham tersebut menginginkan perubahan tatanan sosial dan politik dengan cara-cara kasar dan bertentangan dengan norma-norma sosial.

Berdasarkan Maraknya gerakan Radikalisme di Indonesia baik berupa aksi terorisme vandalisme dan sebagainya maka bisa dakatakan faham-faham radikalis sudah menyebar luas di kalangan masyarakat indonesia bahkan jika dibiarkan hal ini bisa menjadi hal yang akuratt, terlebih baru-baru ini muncul aksi terorisme berupa serangkaian pengeboman di surabaya dan sidioarjo.

Berangkat dari latar belakang tersebut tercetuslah tema diskusi kita berupa "Mengulas dan Menindak Radikalisme di Indonesia" dengan terkhusus pada studi kasus peristiwa deretan pengeboman di surabaya san siduarjo pada khususnya dan indonesia pada umumnya.
Radikalisme identiK dengan politik, agama, politik, ekonomi dan Sosial.

Radikal of mind (Pemikiran) dan Radikal of Action (Tindakan) sendiri tidak bisa dipisahkan. Sebagian orang bisa berpikir, tetapi tidak bisa bertindak dan begitupun sebaliknya. banyak orang-orang mengartikan bahwa Radikalisme sendiri adalah identik dengan kekerasan karena kurang paham dalam menyikapi radikalisme itu sendiri.

Clever Greet menanggapi Radikal itu dengan 3 macam bentuk. Yang Pertama Mis Information ; Kurangnya informasi mengenai hal-hal yang terjadi. Yang Kedua  Mis Interpretation ; Salah mengartikan tentang apa yang didapat dari informasi tersebut. dan yang ketiga  Mis Action ; Kurangnya Informasi dan salah dalam mengartikannya sehingga mengakibatkan Kesalahan dalam bertindak sampai akhirnya timbullah sebuah kekerasan dalam aksi tersebut.

Di Negara kita khususnya. Yang menjadi permasalahan timbulnya Radikalisme adalah kesalahan pemimpin dalm mengatur sebuah pemerintahan. Sebut saja ada Aktor dibelakang layar yang memotori hal tersebut karena kepentingan pribadi dan menjadikan egonya dalam menjalankan misinya sehinggal timbullah radikalisme.

Dalam contoh kasus yang ada pada saat ini adalah adanya teror Bom yang sering terjadi di Negara kita Indonesia. Factor sebenarnya yang bisa timbul radikalisme di Negara kita yaitu ; Karena Faktor Pendidikan, Sosial, Ekonomi sampai ke Ranah Politik. Contoh kecilnya adalah pengalihan-pengalihan Isu tentang politik karena factor ekonomi dengan menyebarluaskan informasi Hoax sehingga timbul pemahaman yang bertolakbelakang dengan fakta yang sebenarnya. Karena factor itulah masalah-masalah saat ini terus timbul. Dan pada akhirnya banyak orang-orang yang salah memamahami mengenai hal itu.

Maka dari itu, kita sebagai warganeagara inonesia harus berfikir secara Idealis menganai hal hal yang terjadi di Idonesia pada sat ini. Sebut saja paham Radikalisme. Kita harus tau apa masalah, faktor dan penyebab sebenarnya sehingga timbul yang namaya paham radikalisme. Ratu Elizbeth dalam Teori Englishmannya yang isinya adalah “Menyamaratakan Semua “, sebenarnya ketika kita mau berpikir secara Idealis kita harus paham dan memahami satu sama lain. Yang intinya tidak ada istilah kekuasaan yang harus terjadi melainkan Kemakmuran dan Kejayaan yang harus di junjung tinggi sehingga kita mengerti apa itu paham Radikalisme.

Diskusi Ilmiyah :
IMABA '17 dan FKMSB '17
G-Bol Caffe
Diskusi Ilmiyah IMABA Yogyakarta di Prakarsai Oleh Ach. Faruk Sholeh

Diskusi Ilmiyah IMABA Yogyakarta di Prakarsai Oleh Ach. Faruk Sholeh

 “Ibnu Khaldun, Pembangun Paradigma Peradaban Masyarakat (P3M)”

Ibnu Khaldun (1332-1406 M)
Nama lengkapnya: Abdurrahman Ibnu Khaldun Al-Maghribi Al-Hadrami Al-Maliki.

Lahir di Tunis 1 Ramadhan 734 H atau 27 Mei 1332 M.
Meninggal di Mesir, 25 Ramadhan 808 H atau 17 Maret 1406 M.

Kakeknya dikenal sebagai seorang ahli sejarah. Banyak berhijrah, dari Tunis ke Maroko, Spanyol, Al-Jazair, Jazirah Arab, kembali ke Afrika dan tinggal di Mesir hingga wafat.

(Perjalanan Hidup Ibnu Khaldun)

Periode pertama, masa menuntut berbagai bidang ilmu pengetahuan. Yakni al-Quran, hadist, ushul fiqh, tafsir, tauhid, fisika dan matematika.
Periode kedua, terjun dalam dunia politik dan sempat menjabat berbagai posisi penting kenegaraan seperti Qadhi al-Qudhat (Hakim Tertinggi).
Periode ketiga, konsentrasi pada bidang penelitian dan penulisan.

(Pemikiran Ibnu Khaldun)

Membagi masyarakat terhadap tiga tingkatan:

Masyarakat Primitif : Masyarakat yang belum mengenal peradaban hidup, berpindah-pindah dan hidup secara liar.
Masyarakat Pedesaan : Masyarakat yang hidup menetap walaupun masih sederhana. Mata pencaharian mereka dari pertanian dan peternakan.
Masyarakat Perkotaan : Masyarakat yang sudah berperadaban, dimana mata pencaharian mereka dari perdagangan dan perindustrian.

(Teori-Teori Ibnu Khaldun)

Ashabiyah (Solidaritas Sosial)
Adanya perasaan dalam sebuah kelompok yang dibentuk oleh kepentingan bersama.
Sebab-sebab munculnya Ashabiyah:

Ikatan darah;
Ikatan perjanjian atau persekutuan;
Ikatan perlindungan dengan yang dilindungi;
Ikatan Agama.

Semakin kuat Ashabiyah dalam suatu komunitas akan semakin meningkat komitmen suatu masyarakat.

Sosiologi Politik : Ketajaman analisis Ibnu Khaldun mengenai kehidupan politik bermuara pada dua hal:

Kekuasaan : Untuk menjaga eksistensinya harus didasari oleh solidaritas dengan mempunyai komitmen yang sama.
Negara : Negara adalah suatu makhluk hidup yang lahir, mekar, menjadi tua dan akhirnya hancur.

Perjalanan hidup suatu Negara
Generasi pertama, hidup dalam keadaan primitif yang keras dan jauh dari kemewahan.
Generasi kedua, berhasil meraih kekuasaan dan mendirikan Negara sehingga beralih ke kehidupan yang penuh dengan kemewahan.
Generasi ketiga, Negara mengalami kehancuran, sebab generasi ini tenggelam dalam kemewahan, penakut dan kehilangan makna keberanian.

(Mutiara Ibnu Khaldun)
“Seorang pemimpin adalah cerminan masyarakatnya”.
“Kamu harus memimpin dengan bahasa kaummu”.

Diskusi Ilmiyah
Rutinitas Bulanan Devisi Kajian
DPW IMABA Yogyakarta
Pemateri : Ach. Faruk Sholeh
MALAPETAKA BERCINTA

MALAPETAKA BERCINTA

MALAPETAKA BERCINTA
Oleh : SYAIFULLAH (Rakyat Republik Jancukers)

“Kemarilah sayang, lihat lekuk tubuhku ini. Sengaja kubuka lebar tuk kau nikmati dengan desah yang bergairah. Kemarilah, setubuhi aku dengan penuh cinta, angkat benda tumpul panjang nan keras itu, letakkanlah di mana kau sukai. Biarkan cairannya muncrat di sela-sela pusarku agar aku bisa menikmati hangatnya cairan yang tumpah dari benda itu. Aku akan terdiam pasrah untuk kau jalajahi setiap titik di tubuhku. Kemarilah sayang, kenapa kau hanya terdiam? Tak adakah hasrat dalam dirimu untuk menyetubuhiku? Tak dengarkah kau desah nafasku yang tak beraturan ini? Birahiku sudah tak bisa lagi kutahan, sayang. Kemarilah setubuhi aku, belai mesra tubuhku ini.”

Juna masih saja tertunduk sembari memegang kepalanya. Sesekali dia memukul-mukul kepalanya tak percaya sekaligus tak terima. Dia bingung, bertanya pada batinnya kenapa nafsu dalam dirinya tak mau bergejolak sedikitpun, meski seuntai tubuh seksi dengan lekuk indah terlentang di hadapannya. Rayuan kekasihnya itu tak sedikitpun membangkitkan gairah Juna tuk bersenggama.

“Ada apa sayang? Kenapa tak sekalipun kau menyentuhku? Tak adakah hasrat dalam dirimu tuk bercinta denganku malam ini? Aku sudah tidak sabar menunggumu meraih, memeluk dan membelai tubuhku. Aku sudah cukup tersiksa atas hasrat bercumbu yang lama tak terpenuhi. Kian lama sudah aku menahan rasa ini, menunggumu memelukku kemudian meletakkan benda keras itu di sela-sela tubuhku hingga kita melebur dalam rasa hangat pada dinginnya malam. Ada apa sayang? Kenapa kau masih tertunduk dengan raut seperti itu? Kemarilah tumpahkan cairan itu pada tubuhku.” Suara lirih ditambah desahan hangat semakin membuat Juna kesal. Dia mendongakkan kepalanya pada langit seraya berteriak sekuat tenaga.
“Kenapa..? Kenapa aku setolol ini? Tuhan, kenapa kau ciptakan indah dunia seluas ini jika tak secuilpun hasrat yang kau beri padaku tuk maknainya dengan indah?” Juna masih dengan isak tangis dan kecewa yang semakin menjadi. Sementara manusia-manusia di bawah langit yang sama dengannya tak mendengar teriakan Juna.
Malam terdiam, angin berhenti berirama. Juna berhenti protes pada Tuhannya. Dia melerik pada benda panjang keras miliknya. Segera dia memegang dan memainkannya sambil menggerutu. “Kenapa? Kenapa aku tak bisa menyetubuhinya sedangkan aku hanya harus meletakkanmu pada hamparan tubuh cantik itu hingga dia merasakan cairan yang menyembur dari dirimu?”

Perlahan Juna membuka kancing bajunya satu persatu, melucuti pakian yang ia kenakan. Dengan rasa yang masih ragu  Ia melirik tubuh cantik yang terlentang di depannya, tapi segera ia palingkan wajahnya. Jantungnya berdegup kencang, nafasnya mulai tak beraturan, nafsu di dalam dirinya mulai melonjak. Juna kembali mengarahkan pandangannya pada tubuh mulus itu, dia sedikit menggit bibirnya. Tangannya gemetar memegang benda panjang miliknya. Keringatnya mengalir di sekujur tubuhnya. Ia menjalarkan tangannya mencoba meraih kekasih yang sedari tadi menggodanya. Juna menjalankan tangannya menjelajahi lekuk tubuh kekasihnya, halus nan lembut ia rasakan. Kekasihnya mendesah keenakan, hangat nafasnya dirasakan oleh Juna.

Juna mulai terangsang untuk menyetubuhi kekasihnya. Dirinya merasakan letupan-letupan di dadanya. Panas dingin tubuh Juna semakin melebur. Hasrat Juna untuk bercinta dengan kekasihnya sudah berada di titik puncak. Ia teringat perkataan teman karibnya. “Berkarya memang membutuhkan waktu, tapi bukan berarti harus membuang-buang waktu dengan hanya terdiam. Kamu hanya cukup memulainya dengan menyetubuhi kertas-kertas yang kamu miliki dan anggaplah dia kekasihmu agar kamu mencumbunya dengan segenap cinta yang kau miliki. Hingga nanti lahirlah anak dari persetubuhan kalian yang akan dicintai banyak orang. Percayalah kertas-kertas yang kau miliki sudah tidak sabar menunggumu mengambil pena supaya kau teteskan tinta di tubuhnya. Dia sudah lama menunggu kehangatan tintamu itu, Juna.” Mereka saling beradu pandang. Juna semakin bersemangat untuk menuliskan kata demi kata pada kertas di depanya setelah teringat perkataan temannya. Keinginannya untuk berkarya semakin berkobar. Tatapan mataya tak sia-sia, dia ingin sekali melahirkan buah pikirnya malam ini. Juna ingin  membuktikan pada semesta bahwa dia bukan pria tolol yang tidak bisa berkarya.

“Aku akan  menyetubuhimu malam ini, kekasih. Aku tak ingin menjadi sebodoh yang kau katakan.” Ucap Juna pada kertas kesayangannya. Dengan penuh keberanian dia mulai memainkan pena di atas lekukan tubuh kertas catiknya. Dia rangkai tumpukan kata yang tersimpan dalam benaknya. Dia hanyut dalam pelukan kertasnya, merasakan cinta mencairkan rasa. Seketika malam menjadi tenang, tak ada lagi air mata yang memprotes semesta. Wajah Juna yang tadinya menyerukan kekesalan tak lagi ada. Hanya seutas senyum yang kini mulai terlukis di wajahnya.

Kini juna bermesraan bersama kekasih cantiknya. Keduanya tersenyum merasakan kehangatan yang sama. Selang beberapa menit mereka bercumbu mesra, Juna terdiam. Badannya melemas, keringat dinginnya bercucuran. Kakinya gemetar seakan tak kuat lagi melanjutkan persetubuhannya malam ini. Sedang kekasihnya belum merasakan kelelahan, dia masih merintih kekurangan, menggeliat mengajak Juna tuk melanjutkan. Mungkin dia masih kurang puas atas belaian Juna yang hanya sebentar. Tak berlangsung lama, juna meletakkan kembali benda keras miliknya pada tubuh kekasih manisnya itu. Mereka berkasih-kasih kembali sampai lupa pada manusia-manusia yang tadinya tak mendengar kekesalan Juna.
“Ah,, sedapnya tubuhmu kekasih. Aku tak pernah mencium aroma seperti ini sebelumnya. Setelah sekian lama aku tak bercumbu denganmu. Lama sudah aku ingin merasakan kenikmatan yang tiada tandingannya ini. Ah,,, Ah.."

Semesta tersenyum menyaksikan sepesang kekasih yang sedang asik bercinta itu. Juna masih mendekap kekasihnya meski malam semakin larut. “Wahai malam, panjanglah. Wahai kantuk, hilanglah. Wahai subuh, janganlah kau datang. Aku masih ingin melampiaskan nasfu birahiku pada kekasih cantikku ini.” Bersetubuh dengan kertas memang begitu sedap dirasakan, bercumbu dengan menganggapnya kekasih lebih nikmat dari yang orang-orang katakan. Juna merasakan semua itu malam ini, kesenagan yang tak bisa digambarkan lewat kata-kata, kenikmatan yang tak dimiliki sembarang orang menyelimuti malamnya kini.


DPW IMABA Yogyakarta Mengadakan Kajian Jurnalistik

DPW IMABA Yogyakarta Mengadakan Kajian Jurnalistik

Aku Menulis Maka Aku Ada


“bagaiamana solusi jika kita menulis terus ditengah jalan menemukan kebuntuan?, bagaimana cara menulis dengan cepat? Adakah trik-trik menulis dengan bagus dan indah?, adakah solusi untuk menjadi penulis yang handal?“. Itulah sekelumit pertanyaan yang sering kita dengarkan saat mengikuti foruum diskusi kepenulisan, baik itu seminar, pelatihan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kepenulisan. mendengarkanta sering termotifasi atau tangan seakan panas membara ingin menulis saat mendengarkan materi yang disampaikan oleh sang pembicara dalam forum-forum kepenulisan, seakan menulis itu gampang dan mudah dengan begitu banyak manfaatnya, akan tetapi setelah kita mulai dan mencoba meletakkan jari-jari diatas keyboard atau tangan memeluk pena diatas kertas putih tangan malah kaku seakan menahan jaru-jari untuk meliuk-liuk diatas kertas atau bahkan untuk memenekan tombol laptop atau PC pun seakan tak mampu, kita kebingungan darimana kita akan memulai dan pada kata apa kita akan mengahirinya. Itu pasti akan dirasakan oleh para penulis yang baru akan membabat dunia kepenulisan, akan tetapi saat akan mulai memangkas kata-perkata tak sampai diujung malah tak mampu meneruskannya. Memang dalam menulis itu susah-susah gampang, kalua boleh saya katakan dalam menulis membutuhkan tiga hal poko yang paling penting.
a. Membaca
“Iqro…” itulah kata yanag diabadikan dalam kitab Alquranul karim yang menjadi
pedoman bagi kita umat islam, kata itu sudah di ucapkan oleh nabi Muhammad S.A.W
seribu empat ratus lebih tahun lampau, beliau yang katanya seorang ummi mengucapkan
hal yang demikian, kenapa? Karna itulah salah satu yang membedakan antara mahluk
Allah dengan lainnya, itulah yang menjadi keistimewaan manusia. Akan tetapi keadaan
sekarang ummat yang memiliki kitab itu tak sebanding keadaannya dengan wahyu yang
Allah sampaikan.
Itulah hal penting pertama yang harus dilakukan oleh para a writer pemula, tujuannya
untuk mengasah otak dengan pengetahuan baru, menambah wawsan seluas mungkin dan
untuk mengisi memori keilmuannya lalu dituangkan kembali diatas kertas putih.
b. Mau Menulis
Tak sedikit orang yang ingin menjadi penulis hebat apalagi setelah membaca karya￾karya dari Raditiya, Terelie, Afrizal Malna, Sitor Situmorang, Jorge Luis Borges dan
lainya. Seakan kita ingin juga sama seperti mereka akan tetapi itu hanya menjadi
keinginan semata dan terus terbungkus dalam angan-anagan saja karna tidak ada
kemauan atau keinginan untuk menulis. Maka dari itu keinginan yang kuat untuk
menulislah yang menjadi pendorong agar kita juga menjadi penulis hebat, orang cerdas
dan pintar tapi jarang menulis akan kalah dalam membuat artikel atau lainnya sama orang
yang pengetahuannya pas-pasan tapi sering menulis.
Mereka para penulis bisa bahkan sampai menjadi handal karena mereka mau untuk
menggoyangkan jari-jarinya diatas keyboard/kertas putih. “Tanganku akan hancur di
dalam tanah yang tinggal hanya tulisanku dalam buku” itu sepenggal kata dari Imam
Syafi’i mengisyaratkan bahwa jasad boleh dilumat tanah tapi tulisan masih ada sepanjang
masa, maka tak heran jika lahir sebuah karya yang begitu banyak sekali dan terus dibaca
meski ditulis ratusan tahun silam.
c. Sabar
Kata inilah yang begitu mudahnya terdengar saat meminta saran dari seseorang yang
pantas dimata kita untuk dimintai nasehat, akan tetapi betapa sulitnya untuk diterapkan
dalam kehidupasehari-hari. Menjadi penulis memang harus sabar, sebab menjadi seorang
penulis ditengah jalan pasti akan menghadapi seperti pertanyaan dia atas atau berupa
kejenuhan, kemalasan, kehabisan ide dan batu sandungan lainnya.
Disnilah penulis harus sabar dalam menghadapinya, sabar memaksa dirinya untuk terus
menulis, sabar untuk mencari ide-ide cemerlang, sabar untuk terus mengisi penampung
keilmuannya jika tidak demikian maka tak akan ada penulis seperti Imam Syafi’I, Imam
Bukhori, Imam Muslim yang karyanya begitu fenomenal sampai saat ini.
Itulah hal penting yang harus dimiliki oleh para penulis agar menjadi penulis hebat, karna
dengan menulis nama kita akan terukir sepanjang masa, umur akan tergerus oleh usia, nama akan terhapus oleh zaman kecuali bagi mereka yang mau mengukir namanya dengan karya tulisan.
Ach. Mubarok Menyampaikan Materi Dalam Kajian Jurnalistik DPW IMABA Yogyakarta. Rabu (9/5)

Seperti kata GuS Zainal Arrifin Thoha “Aku Menulis Maka aku Ada”.
Yogyakarta, 09 Mei 2018
Karya : ACH. MUBAROK
Diskusi Mingguan Kraton DPW IMABA Yogyakarta.
5 HAL PENTING YANG MENJADI KUNCI UNTUK MERAIH KESUKSESAN

5 HAL PENTING YANG MENJADI KUNCI UNTUK MERAIH KESUKSESAN

5 HAL PENTING YANG MENJADI KUNCI UNTUK MERAIH KESUKSESAN

Dalam perjalanan hidup kesuksesan merupakan tujuan akhir dari kesemuanya. Sebab bentuk seperti apapun atau model gaya apapun dalam hidup yang dijalani semuanya akan berhenti pada titik kesuksesan, akan tetapi dari tujuan itu terkadang seseorang masih kurang tepat dalam meraihnya sehingga keinginan yang berkebu-kebu untuk meraih kesuksesan hanya menjadi bola api saja tanpa ada hasil yang matang, karena cara yang kurang tepat. Berikut saya sajikan beberapa kunci dalam meraih kesuksesan:

1.  BELIFE (YAKIN)
“Tuhan akan membukakan pintu kebenaran bagi siapa saja yang mengetuknya dengan keyakinan” (Kahlil Gibran).
Apapun impian atau cita-cita seseorang, hal penting yang wajib di miliki pertama kali adalah keyakinan, karena Manusia akan bertindak jika dia merasa yakin mampu melakukan sesuatu, jika tidak yakin maka upaya yang di lakukan pasti setengah-setengah dan pada ujungnya sesuatu yang di lakukan dengan setengah-setengah pasti tidak akan maksimal.

2. BRAVE (BERANI)
Hidup adalah perjuangan dimana dalam kelangsungan hidup membutuhkan usaha-usaha keras, maka  dalam sebuah proses berjuangan di butuhkan keberanian yang tinggi serta di tuntut mampu Brani untuk bermimpi, berani mencoba, berani gagal, berani bangkit dan berani untuk sukses.



3. NEVER GIVE UP (PANTANG MENYERAH)
Pantang menyerah adalah kekuatan besar yang dimiliki oleh orang-orang sukses, sebab orang-orang sukses tidak pernah menyerah dalam situasi apapun sampai mereka meraih impiannya. Bedanya orang sukses dan orang gagal adalah orang sukses tidak pernah berhenti untuk mencoba dan bangkit dari setiap kegagalan sedangkan orang gagal hanya meratapi kegagalan yang terjadi pada dirinya.

4.FOCUS (FOKUS)

FOKUS Adalah terpusatnya pikiran, perhatian, waktu dan tindakan kita pada penyelesaian satu target sampai tuntas tanpa banyak melihat dan terpengaruh dengan hal-hal lain yang menggoda kita. Mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan akan membuat kita kehilanganfokus dan bisa jadi banyak pekerjaan yang akan tertunda atau tidak terselesaikan.

5. CONTINOUS (ISTIQOMAH)
Pepatah mengatakan “sdikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”
Istiqomah merupakan hal yang sangat berat bagi kebanyakan orang, tapi percayalah bahwa dengan terus menerus berusaha (istiqomah) apapun yang dilakukan akan menjadi mudah dan yang di impikan akan menjadi kenyataan.



JIKA ANDA INGIN SUKSES DALAM BIDANG APAPUN, MILIKILAH 5 HAL TERSEBUT……!!!

Oleh : Moh.Gufron (Pers IMABA Yogyakarta)

IKABA YOGYAKARTA RESMI DILANTIK

IKABA YOGYAKARTA RESMI DILANTIK


Dalam Peringatan Isra’ Mi'raj yang diadakan Oleh Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) dan Ikatan Alumni Bata-Bata (IKABA) Yogyakarta Juga diadakan Pelantikan Pengurus IKABA Masa Khidmat 2018-2023. Sabtu (14/04) yang mana IKABA Yogyakarta ini merupakan pelantikan pertama yang dilantik langsung oleh Dewan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Bata-Bata (DPP IKABA) Moh. Ruba’i Sholeh, S. Pd. I. pelantikan ini diadadakan di Halaman Keraton IMABA Perum Polri Blok CIII No. 122 Gowok, Depok, Sleman, Yogyakarta. Dan oleh karena itu dengan adanya peringatan Isra' Mi'raj ini dan juga Pelantikan IKABA Yogyakarta semoga kita mendapat tambahan khazanah dan dan keilmuan serta memantapkan keimanan kepada Allah SWT. dan menambah kecintaan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Depan : Ketua Umum DPP IKABA (Moh. Ruba’i Sholeh, S. Pd.I) sedang melantik pengurus IKABA Yogyakarta.
ISRA' MI'RAJ IMABA YOGYAKARTA DIHADIRI DEWAN A'WAN PONDOK PESANTREN DARI MADURA

ISRA' MI'RAJ IMABA YOGYAKARTA DIHADIRI DEWAN A'WAN PONDOK PESANTREN DARI MADURA


Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) Wilayah Yogyakarta menggelar peringatan Isra’ Mi’raj 1439 H bertempat di halaman Keraton IMABA Yogyakarta yang bertemakan : "Aktualisasi Isra’ Mi'raj Menuju Pribadi yang Kompetitif". Dalam acara ini juga dihadiri langsung oleh Dewan A’wan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata RH. M. Tohir Abd. Hamid. "Pada intinya dalam Isra' Mi’raj ini adalah bagaimana kita meraih hikmah yang besar dalam perjalanan Rasulullah. ketika menerima perintah shalat pertama kali, tentang shalat itu diwajibkan, dan dikerjakan setiap hari dan bahkan ada waktunya. Juga mengatakatan apa hikmah di balik sholat itu” begitulah dauh Dewan A’wan Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata RH. M.Tohir Abd. Hamid. Dan Pesan terakhir beliau adalah “Kemiskinan merupakan penghalang dari pendidikan, namun bukan menjadi alasan untuk tidak berpendidikan ”. (Sabtu, 14 April 2018) 
RH. M. Tohir Abd. Hamid Sedang Menyampaikan Materi Isra' Mi'raj 1439 H