DPW IMABA Yogyakarta Mengadakan Kajian Jurnalistik

Aku Menulis Maka Aku Ada


“bagaiamana solusi jika kita menulis terus ditengah jalan menemukan kebuntuan?, bagaimana cara menulis dengan cepat? Adakah trik-trik menulis dengan bagus dan indah?, adakah solusi untuk menjadi penulis yang handal?“. Itulah sekelumit pertanyaan yang sering kita dengarkan saat mengikuti foruum diskusi kepenulisan, baik itu seminar, pelatihan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kepenulisan. mendengarkanta sering termotifasi atau tangan seakan panas membara ingin menulis saat mendengarkan materi yang disampaikan oleh sang pembicara dalam forum-forum kepenulisan, seakan menulis itu gampang dan mudah dengan begitu banyak manfaatnya, akan tetapi setelah kita mulai dan mencoba meletakkan jari-jari diatas keyboard atau tangan memeluk pena diatas kertas putih tangan malah kaku seakan menahan jaru-jari untuk meliuk-liuk diatas kertas atau bahkan untuk memenekan tombol laptop atau PC pun seakan tak mampu, kita kebingungan darimana kita akan memulai dan pada kata apa kita akan mengahirinya. Itu pasti akan dirasakan oleh para penulis yang baru akan membabat dunia kepenulisan, akan tetapi saat akan mulai memangkas kata-perkata tak sampai diujung malah tak mampu meneruskannya. Memang dalam menulis itu susah-susah gampang, kalua boleh saya katakan dalam menulis membutuhkan tiga hal poko yang paling penting.
a. Membaca
“Iqro…” itulah kata yanag diabadikan dalam kitab Alquranul karim yang menjadi
pedoman bagi kita umat islam, kata itu sudah di ucapkan oleh nabi Muhammad S.A.W
seribu empat ratus lebih tahun lampau, beliau yang katanya seorang ummi mengucapkan
hal yang demikian, kenapa? Karna itulah salah satu yang membedakan antara mahluk
Allah dengan lainnya, itulah yang menjadi keistimewaan manusia. Akan tetapi keadaan
sekarang ummat yang memiliki kitab itu tak sebanding keadaannya dengan wahyu yang
Allah sampaikan.
Itulah hal penting pertama yang harus dilakukan oleh para a writer pemula, tujuannya
untuk mengasah otak dengan pengetahuan baru, menambah wawsan seluas mungkin dan
untuk mengisi memori keilmuannya lalu dituangkan kembali diatas kertas putih.
b. Mau Menulis
Tak sedikit orang yang ingin menjadi penulis hebat apalagi setelah membaca karya￾karya dari Raditiya, Terelie, Afrizal Malna, Sitor Situmorang, Jorge Luis Borges dan
lainya. Seakan kita ingin juga sama seperti mereka akan tetapi itu hanya menjadi
keinginan semata dan terus terbungkus dalam angan-anagan saja karna tidak ada
kemauan atau keinginan untuk menulis. Maka dari itu keinginan yang kuat untuk
menulislah yang menjadi pendorong agar kita juga menjadi penulis hebat, orang cerdas
dan pintar tapi jarang menulis akan kalah dalam membuat artikel atau lainnya sama orang
yang pengetahuannya pas-pasan tapi sering menulis.
Mereka para penulis bisa bahkan sampai menjadi handal karena mereka mau untuk
menggoyangkan jari-jarinya diatas keyboard/kertas putih. “Tanganku akan hancur di
dalam tanah yang tinggal hanya tulisanku dalam buku” itu sepenggal kata dari Imam
Syafi’i mengisyaratkan bahwa jasad boleh dilumat tanah tapi tulisan masih ada sepanjang
masa, maka tak heran jika lahir sebuah karya yang begitu banyak sekali dan terus dibaca
meski ditulis ratusan tahun silam.
c. Sabar
Kata inilah yang begitu mudahnya terdengar saat meminta saran dari seseorang yang
pantas dimata kita untuk dimintai nasehat, akan tetapi betapa sulitnya untuk diterapkan
dalam kehidupasehari-hari. Menjadi penulis memang harus sabar, sebab menjadi seorang
penulis ditengah jalan pasti akan menghadapi seperti pertanyaan dia atas atau berupa
kejenuhan, kemalasan, kehabisan ide dan batu sandungan lainnya.
Disnilah penulis harus sabar dalam menghadapinya, sabar memaksa dirinya untuk terus
menulis, sabar untuk mencari ide-ide cemerlang, sabar untuk terus mengisi penampung
keilmuannya jika tidak demikian maka tak akan ada penulis seperti Imam Syafi’I, Imam
Bukhori, Imam Muslim yang karyanya begitu fenomenal sampai saat ini.
Itulah hal penting yang harus dimiliki oleh para penulis agar menjadi penulis hebat, karna
dengan menulis nama kita akan terukir sepanjang masa, umur akan tergerus oleh usia, nama akan terhapus oleh zaman kecuali bagi mereka yang mau mengukir namanya dengan karya tulisan.
Ach. Mubarok Menyampaikan Materi Dalam Kajian Jurnalistik DPW IMABA Yogyakarta. Rabu (9/5)

Seperti kata GuS Zainal Arrifin Thoha “Aku Menulis Maka aku Ada”.
Yogyakarta, 09 Mei 2018
Karya : ACH. MUBAROK
Diskusi Mingguan Kraton DPW IMABA Yogyakarta.